One Stop Shopping Kimpul di Muntilan, Kios Makanan Sehat yang Wajib Dikunjungi

DUKUHUMKM, Mungkid- Orang Jawa mengenal istilah polo kependem, yang merujuk pada hasil bumi yang biasa dikonsumsi saat masa paceklik. Hal itu mencerminkan sistem ketahanan pangan yang merupakan bagian dari kearifan tradisional.
Dalam budaya Jawa, makan bukan hanya untuk hidup, tetapi juga mengandung filosofi yang mendalam yang terkait dengan setiap jenis makanan pokok. Pangan dibagi dalam tiga kategori berdasarkan tempat tumbuhnya: polo kependem, polo kesampar, dan polo gumantung.
Ada keyakinan bahwa keluarga yang menanam ketiga jenis tanaman tersebut akan terhindar dari kelaparan. Ketika musim hujan datang dan hasil panen melimpah, polo gumantung menjadi sumber pangan yang dikonsumsi. Tanaman jenis polo gumantung biasanya berumur pendek dan bisa tumbuh di musim hujan, seperti pepaya, pisang, dan labu siam.
Selanjutnya, ada polo kesampar, yang mencakup tanaman yang tumbuh merambat di atas tanah, seperti berbagai jenis labu, waluh, dan mentimun. Tanaman jenis ini lebih tahan terhadap kekurangan air dan masih dapat ditemukan ketika curah hujan mulai berkurang.
Saat musim kemarau tiba, tanaman yang masih dapat tumbuh adalah jenis polo kependem. Tanaman ini menjadi cadangan terakhir pangan ketika tidak ada sumber makanan lain. Oleh karena itu, dalam adat Jawa, polo kependem melambangkan sifat sabar, rendah hati, dan ketahanan yang tidak terlihat di permukaan namun sangat andal ketika dibutuhkan.
Sebelum bahan makanan menjadi komoditas ekonomi, siklus tanam dan panen mengikuti periode musim hujan dan kemarau. Mereka yang taat pada tradisi tanam tidak akan pernah kelaparan, karena pangan selalu tersedia sepanjang tahun, baik saat musim hujan maupun kemarau panjang. Namun, saat ini, cerita ini sudah berbeda. Hasil bumi kini telah menjadi komoditas ekonomi, dan bahan pangan pokok dijual di pasar sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.
Keluarga yang dulu mampu memenuhi kebutuhan makanannya sendiri kini sangat jarang ditemukan. Sumber pangan yang beragam telah tergantikan dengan pola konsumsi yang lebih sederhana.
Kios Kimpul
Di Dusun Wonosari, Desa Gunungpring, Muntilan, terdapat kios yang khusus menjual berbagai jenis polo kependem, yaitu kios Berkah Kimpul. Kios ini bahkan menjual umbi-umbian langka, yang menjadi ciri khas mereka.
"Kami ingin punya kios yang berbeda dengan yang lain, yang menyediakan umbi dan talas dengan konsep one-stop shopping. Jadi semua jenis umbi-umbian ada di sini," ujar pemilik kios, Rohman Al Fauzi, pada Rabu (30/7).
Rohman bersama adiknya membuka kios Berkah Kimpul sekitar dua bulan yang lalu. Meski baru berdiri, kios ini sudah memiliki banyak pelanggan, dengan omzet kotor penjualan sekitar Rp300.000 per hari. Pada hari libur, omzet dapat mencapai Rp800.000.
Kios Berkah Kimpul merupakan satu-satunya kios di Magelang yang fokus menjual aneka umbi-umbian. Mereka menyediakan jenis umbi yang tidak dijual di tempat lain, seperti talas Bogor, ubi ungu, gembili, serta umbi langka seperti suweg dan uwi, yang kini mulai jarang ditemukan.
Di kios ini, gembili juga menjadi salah satu unggulan yang dijual dengan lengkap. Gembili yang dijual di sini antara lain gembili kentang dan gembili teropong atau ketan, yang dipercaya dapat membantu mengatasi masalah asam lambung. Gembili teropong mengandung serat, glukomanan, dan insulin yang tinggi, yang berfungsi meningkatkan kesehatan pencernaan dan meredakan gejala asam lambung.
Gembili hanya dapat dipanen setahun sekali, sehingga pasokan akan menipis setelah masa panen raya. "Kemarin baru panen raya, tapi sekarang pasokan mulai berkurang. Gembili tidak bisa dipanen terus-menerus, hanya sekali setahun, lalu tanam lagi dari awal," jelas Rohman.
Sebagian besar bahan dagangan didapat dari daerah Wonogiri, yang terkenal sebagai penghasil singkong dalam jumlah besar, bahkan dijuluki "Kota Gaplek". Selain singkong, Wonogiri juga membudidayakan porang, gembili, dan talas.
"Yang langka-langka itu kita cari di Wonogiri. Di sana ada banyak umbi-umbian langka yang mulai sulit ditemukan," tambahnya.
Selain menjual langsung di kios, Berkah Kimpul juga mengirim barang ke pedagang-pedagang di Borobudur dan Yogyakarta, dengan sistem reseller yang membeli minimal 5 kilogram per item.
Sebagian besar pembeli yang datang langsung ke kios Berkah Kimpul adalah orang tua yang mulai mengurangi konsumsi nasi karena alasan kesehatan. Kandungan gula dalam nasi putih yang tinggi, sekitar 0,05 gram per 100 gram nasi, membuat beberapa orang beralih ke umbi-umbian seperti talas Bogor yang memiliki kandungan gula lebih rendah, sekitar 1,42% dari berat umbi segar. Selain itu, talas juga kaya akan pati dan memiliki indeks glikemik rendah, yang artinya tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis setelah dikonsumsi.
"Jadi banyak yang membeli karena alasan kesehatan, sebagai pengganti nasi. Makan umbi talas membuat kenyang lebih lama," pungkas Rohman.
Editor: Red
Terkait
DUKUHUMKM, Mungkid- Ketua Dekranasda Kabupaten Magelang, Dian Ekawati…
DUKUHUMKM, Mungkid- Borobudur International Tourism Expo (BITE) diharapkan…
Terkini
DUKUHUMKM, Mungkid- Anggrek dikenal sebagai tanaman hias yang…
DUKUHUMKM, Ungaran- Para "bala ternak" (sebutan para praktisi…
DUKUHUMKM, Semarang– Pameran dalam rangka Peringatan Hari Jadi…
DUKUHUMKM, Ungaran- Keberadaan asosiasi Domba Seni Lokal (DSL)…
DUKUHUMKM, Mungkid- Sepasang suami istri, Tinan Prasetyo dan…
DUKUHUMKM, Yogyakarta- Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi…
DUKUHUMKM, Jakarta– Sejalan dengan strategi Maybank Group, Maybank…
DUKUHUMKM, Mungkid- Orang Jawa mengenal istilah polo kependem,…
DUKUHUMKM, Sleman- Pengembangan budidaya kopi di lereng Merapi…
DUKUHUMKM, Mungkid- Borobudur International Tourism Expo (BITE) diharapkan…
DUKUHUMKM, Jakarta- Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI),…
Komentar