Universitas Paramadina dan LP3ES Bedah Film Dirty Votes untuk Kawal Pemilu Jurdil

Universitas Paramadina dan LP3ES Bedah Film Dirty Votes untuk Kawal Pemilu Jurdil

DUKUHUMKM, Jakarta- Sutradara Dirty Votes Dhandy Laksono mengaku tidak risau terkait dengan film besutannya yang menjadi polemik beberapa waktu terakhir. Dhandy mengatakan itu dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina dan LP3ES dengan tema "Bedah Film Dirty Votes Untuk Kawal Pemilu Jurdil" dan dilakukan secara daring, Selasa (13/2/2024) dan dimoderatori oleh Swary Utami Dewi.

"Saya nggak risau, saya punya material yang saya butuhkan untuk defense yaitu data yang solid dan kredibel, barisan orang-orang yang punya integritas dan bukan partisan. Tiga hal itu yang membuat saya confidence, saya tidak mau ada satu orang pun yang berperan dalam film pun berafiliasi dengan 01, 02, atau 03," kata Dhandy dalam keterangan Universitas Paramadina, Kamis (16/2). 

Dandhy mengungkapkan latar belakang pembuatan film itu dikarenakan merasa resah dan gelisah dengan perkembangan pemberitaan belakangan ini. Adapun proses sampai dengan terbentuknya tim kurang dari 24 jam, dan film mulai digarap sekitar akhir bulan Januari. Semuanya dilakukan dalam hitungan hari, dengan kontribusi yang mereka punya.

"Kami itu tidak membincangkan paslon manapun, yang kami bincangkan adalah yang memiliki kekuasaan," tegas Bivitri Susanti Akademisi Protagonis Dirty Votes.

Bivitri memaparkan bahwa tujuan pembuatan film Dirty Votes bukan untuk mempengaruhi perubahan pilihan, pesan terpentingnya adalah bahwa kekuasaan itu benar-benar dapat terlihat dari kepala pemerintahan, kepala negara sebuah negara presidensiil yang jika disalahgunakan dapat sangat memberikan dampak.

"Seharusnya ada ruang untuk berpikir tentang demokrasi kita secara luas, kita tidak diberikan itu. Hukum sering dijadkan tameng bagi politikus yang tidak beretika. Partisipasi politik tak hanya 5 tahun sekali, partisipasi politik ini harus digunakan secara terus menerus dan harus kritis," kata Bivitri.

Selanjutnya Nur Hidayat Sardini, yang juga merupakan Ketua Bawaslu Pertama RI melihat film Dirty Votes mengungkapkan adanya deinstitusionalisasi demokrasi kita. Dimana film ini merupakan pelembagaan keresahan politik, film ini mampu menjadi kapiler dari seluruh persoalan dan semua orang yang merasa peduli dengan demokrasi merasa tersalurkan karena film Dirty Votes.


Editor: Red

Terkait

Komentar

Terkini